TERASBANDUNG.COM - Ahad Nasution, seorang penghulu asal Jorong Batang, Batang Kundur, Kecamatan Dua Koto, Kabupaten Pasaman, Sumatra Barat, rela bertaruh nyawa untuk menikahkan sepasang calon pengantin (catin), Sabtu (2/8/2025).
Dia berenang menyeberangi sungai karena satu-satunya jembatan penghubung menuju Jorong Batang putus akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut. Sementara pasangan catin, sudah menunggu menjalani prosesi akad nikah.
Ya, hari itu, Ahad ditugaskan Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Dua Koto, Fajri Watan, untuk menikahkan pasangan Agep Purwandi dan Intan Purnama Sari. Jarak dari pusat kecamatan ke lokasi acara sekitar 27 kilometer.
Ahad harus menggunakan ojek melewati jalur licin dan curam. Tiba di tepi sungai yang menjadi satu-satunya akses menuju Jorong Batang Kundur, ia mendapati jembatan penghubung telah putus akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut.
Baca Juga : Doa Wali Kota Bandung Untuk Persib Jelang Bergulirnya Super League Musim 2025/2026
Tak patah semangat, Ahad tetap melanjutkan perjalanan. Dibantu warga setempat, ia nekat berenang menyeberangi Sungai, meski arus cukup deras.
“Karena catin sudah menunggu, sementara ini adalah tugas negara, saya harus tempuh medan yang cukup rawan ini. Tetapi, saya sudah menyiapkan baju pengganti sebelumnya karena mendapatkan informasi dari warga bahwa jembatan tidak bisa dilewati,” ujar Ahad seperti dikutip dari laman resmi Kemenag.
Tiba di seberang sungai, ada ojek lain yang telah siap mengantarnya menuju lokasi pernikahan. Sampai di Batang Kundur, Ahad disambut pucuk adat desa, Sumarno.
Prosesi akad nikah pun berjalan lancar dan penuh khidmat. Acara selesai sekitar pukul 11.30 WIB, disaksikan oleh keluarga besar kedua mempelai dan tokoh masyarakat setempat.
Baca Juga : Tampilkan 54 Brand Lokal Bandung, Galeri Patrakomala di Braga Citywalk Resmi Dibuka
Namun, akibat hujan yang masih mengguyur dan arus sungai yang semakin deras, warga meminta Ahad untuk tidak kembali pulang demi keselamatan. Ia pun bermalam di desa tersebut atas saran warga setempat.
“Ini sungguh pengalaman yang berkesan bagi saya. Semua saya lakukan dengan tulus dan amanah sebagai abdi negara untuk melayani umat. Berkait-rakit ke hulu, berenang ke tepian; bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian,” tuturnya.
Kepala Subdirektorat Bina Kepenghuluan pada Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Afief Mundzir, mengapresiasi dedikasi Ahad Nasution. Menurutnya, ini adalah potret nyata pengabdian penghulu sebagai garda terdepan pelayanan umat.
“Penghulu adalah representasi negara yang hadir dalam momen paling sakral bagi warga. Keteladanan seperti yang ditunjukkan Ahad menjadi inspirasi dan bukti nyata bahwa pelayanan keagamaan bukan sekadar formalitas, melainkan panggilan jiwa,” tandas Afief. ***
Penulis: Tim Teras Bandung | Editor: Ginanjar