TERASBANDUNG.COM - Jawa Barat perlu melakukan banyak cara untuk memperkuat ekosistem ekonomi kreatif. Kolaborasi antar pihak perlu diperluas hingga menciptakan banyak peluang akselerasi pelaku usaha di dalamnya.
Hal itu dilakukan oleh Bank Indonesia Perwakilan Jawa Barat melalui Sunda Karsa Fest 2025: Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ) x West Java Sharia Economic Festival (WJSEF) sebagai upaya memperkuat ekosistem ekonomi kreatif, yang digelar di Kota Bandung akhir pekan lalu.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Muhamad Nur mengatakan, dalam gelaran Sunda Karsa Fest ini merupakan gabungan sejumlah acara, yaitu Karya Kreatif Jawa Barat (KKJ), yang merupakan event ke-7 sejak 2019, West Java Sharia Economic Festival (WJSEF) ke-4 sejak 2022 dan Pekan Kerajinan Jawa Barat (PKJB) ke-17.
Gelaran kali ini kata Nur berbeda dibanding acara di tahun-tahun sebelumnya, dimana selain mengangkat potensi produk pelaku UMKM dan Pariwisata, juga mengangkat budaya di dalamnya.
“Karena di dalamnya tidak hanya UMKM tapi juga mengangkat budaya pariwisata yang ada di Jawa Barat, Lembur diurus Kota ditata, Sunda Karasa Fest ini sangat komplit sekali,” ungkap Nur belum lama ini.
Nur mengatakan, dalam acara ini lebih dari 244 pelaku UMKM terlibat. Mulai dari UMKM Fesyen, Kriya, Kuliner dan produk inovatif lainnya.
“Kalau desa wisata dari 27 kabupaten kota ada, kalua UMKM ada 244 kemudian ada juga UMKM-UMKM yang non binaan BI maupun Pemda, tapi UMKM lain juga ikut terlibat,” jelasnya.
Selain itu, di sana juga ada penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara UMKM binaan Bank Indonesia , yakni Java Halu Coffee dan Varion Japan Ltd. senilai US$230 ribu dan Koperasi Megarmulya Gunung TiluCoffee dan Emrex Empire Enterprise Malaysia senilai US$65,9 ribu.
Selain itu, ia juga menargetkan terjadi peningkatan volume transaksi dari UMKM hingga mencapai Rp15 miliar. Jumlah tersebut di luar penyaluran kredit dari perbankan maupun transaksi ekspor.
“Target kita meningkat jauh dari tahun lalu, kita yakin bisa mendapat target itu karena kita mengajak komunitas Jastiper, Komunitas Wanita Soroja, kita yakin acara ini selalu penuh,” ungkapnya.
Ia menilai, dukungan terhadap para pelaku UMKM sangat penting demi terciptanya pemerataan dan pertumbuhan ekonomi. Terlebih share UMKM terhadap PDB secara nasional tinggi, mencapai 60%.
Sunda Karsa Fest menurutnya merupakan representasi sinergi ekonomi kerakyatan dan penguatan budaya lokal dalam kerangka digital.
Baca Juga : Belasan Rumah di Gudang Utara Kebakaran, Pemkot Bandung Serahkan Bantuan Darurat
Ia juga menambahkan bahwa pengembangan UMKM, budaya dan pariwisata di Jawa Barat menjadi program kerja strategis Bank Indonesia. Melalui pendekatan “lembur diurus, kota ditata” yang diusung oleh Pemprov Jawa Barat, Bank Indonesia mendukung penguatan desa-desa wisata binaan serta pelestarian budaya Jawa Barat guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif.
Selaras dengan itu, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Doni P. Joewono dalam keynote speech yang disampaikan secara daring, menyampaikan Bank Indonesia mendukung penguatan UMKM sebagai pilar ekonomi daerah dan nasional.
“KKJ sendiri telah terbukti berhasil mencetak UMKM kelas atas hingga menembus pasar global,” ungkapnya.
Potensi budaya dan alam Jawa Barat katanya sangat besar, sehingga dengan ekosistem yang tepat dapat menjadi kekuatan ekonomi yang besar.
“Bank Indonesia terus mendorong akses pembiayaan bagi UMKM diantaranya melalui kebijakan Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) dan Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), perluasan pasar kebijakan likuiditas makroprudensial, penguatan kapasitas serta digitalisasi.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Jawa Barat, Sumasna, mengungkapkan apresiasinya atas penyelenggaraan Sunda Karsa Fest 2025 yang telah melibatkan partisipasi dari 27 Kabupaten/Kota.
Menurutnya, festival ini menjadi ruang kolaborasi nyata dalam memperkuat identitas budaya dan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah.
Sejalan dengan arahan Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi(KDM), yang disampaikan pada momen fashion show pimpinan daerah, yaitu Jawa Barat memiliki kekayaan estetika Bahasa, kuliner, busana dan seni budaya, yang jika dikelola berkelanjutan dan dipadukan dengan teknologi, berpotensi menempatkan Jawa Barat di kancah global tanpa bergantung pada eksploitasi sumber daya alam.
Visi Jawa Barat ke depan mencakup kawasan yang tertata rapi, warung dan gerobak dengan desain seragam berciri lokal, yang menjadi landmark budaya sekaligus daya tarik wisata otentik Jawa Barat.
Melalui penyelenggaraan sinergi kegiatan ini, Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat berharap dapat memperkuat peran ekonomi kreatif dan Syariah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang berakar pada kearifan budaya lokal, inklusif, dan berdaya saing.
Sementara itu, salah satu UMKM Binaan Bank Indonesia Jawa Barat, Arae Ecoprint mengaku senang terlibat dalam gelaran Sunda Karsa Fest 2025.
co-founder Arae Ecoprint Masrur mentatakan, dengan gelaran ini, ia berharap potensi UMKM di Jawa Barat bisa terus diperkenalkan. Bahkan, kain dengan pewarna alami buatannya digunakan oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat Muhamad Nur.
Ia mengaku, kain premium yang dihasilkan oleh Arae saat ini memang sudah mulai digandrungi oleh konsumen dari banyak negara. Bahkan, ada konsumennya yang berasal dari India yang rutin memesan kain motif dedaunan dan bunga ini untuk dijadikan kain sari.
Selain menjajakan produk berkualitas dari cetakan alam, Arae Ecoprint juga kini merambak ke wisata Workshop & Retreat yang ternyata diminati wisatawan mancanegara.
“Awalnya kami nekat, eh ternyata banyak diminati,” jelas co-founder Arae Ecoprint Masrur.
Wisatawan asing itu kini bisa menikmati layanan wisata Arae Ecoprint di Kampung Cibalai yang kini dimiliki mereka dari hasil menabung. Di lahan seluas 1 hektare itu wisatawan bisa menikmati pelbagai pengalaman, mulai dari mencetak kain berbahan dasar alami, hingga healing.
Baca Juga : Polresta Bandung Ungkap Kasus Curanmor, Pelaku Mahasiswa Asal Sumedang
“Banyak dari mereka justru menikmati healing. Rata-rata mereka [Wisman] menginap 4-10 hari,” jelasnya.
Selain itu, Asep Hidayat Mustopa Pendiri Desa Wisata Hanjeli mengaku, dirinya senang terus dilibatkan dalam pengembangan ekosistem ekonomi kreatif.
Perjalanan panjang Asep dengan mengajak mantan Pekerja Migran Indonesia atau dulunya juga disebut Tenaga Kerja Indonesia (TKI) membuahkan hasil.
Sejak 2010 Asep mengaku terus melakukan pencarian potensi yang bisa dioptimalkan oleh daerahnya. Dari banyak hal, mengerucutlah kepada komoditas Hanjeli, yang memang sudah banyak dilupakan orang.
“Alhamdulillah sekarang banyak kunjungan dari wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Kita juga sudah membuat banyak turunan produk dari hanjeli, baik berupa makanan maupun buah tangan,” jelasnya.
Ia berharap Bank Indonesia akan terus konsisten untuk mendukung sektor usaha ekonomi kreatif agar potensinya bisa dikenal banyak orang.***
Penulis: Sirojul Mutaqien | Editor: Dadi Mulyanto