Siswa yang diduga keracunan hidangan Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. [ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa]
TERASBANDUNG.COM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali memicu sorotan publik. Belasan siswa SMP Bina Karya, Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB), mengalami gejala keracunan massal usai menyantap menu dari program tersebut pada Selasa (11/11/2025).
Kepala Puskesmas Ngamprah Ifah Syarifah menyebutkan, total ada 19 siswa yang terdampak. Dari jumlah itu, empat orang masih menjalani perawatan, satu di antaranya bahkan dirujuk ke RS Karisma Cimareme karena kondisinya lebih berat.
“Gejala yang muncul berupa nyeri ulu hati, mual, muntah, dan pusing. Satu siswa kami rujuk karena mualnya tak berhenti dan disertai sesak napas,” ujar Ifah dikutip dari Kompas.com.
Paket Makanan Datang Terlambat, Siswa Mulai Mual Setelah Jam 11
Menurut guru wali kelas VII SMP Bina Karya, Habsalah, pengiriman makanan MBG hari itu terlambat dari jadwal biasanya.
“Biasanya jam 10 kurang sudah sampai, tetapi kali ini lewat jam 10 baru datang. Karena terlambat, sebagian siswa sempat jajan dulu,” katanya.
Sekitar pukul 11.00 WIB, beberapa siswa mulai mengeluh mual dan muntah. Gejala serupa menjalar cepat hingga akhirnya puluhan siswa dilarikan ke Puskesmas Ngamprah.
“Anak-anak ada yang bolak-balik ke kamar mandi untuk muntah. Awalnya kami tangani di sekolah, tapi karena makin banyak, sekitar jam 13.00 kami bawa ke puskesmas,” tutur Habsalah.
Tim medis telah mengambil sampel nasi, ayam mentega, tahu goreng, perkedel, dan semangka untuk diuji di laboratorium. Hasil pemeriksaan diperkirakan keluar dalam waktu 7–10 hari.
“Kami sudah ambil sampelnya. Untuk kepastian penyebabnya nanti akan diketahui setelah uji lab keluar,” kata Ifah.
Sementara itu, program MBG di sekolah tersebut dihentikan sementara untuk memastikan keamanan menu makanan yang disalurkan.
BGN Pastikan Air Bukan Penyebab
Di sisi lain, hasil investigasi terbaru Badan Gizi Nasional (BGN) menegaskan bahwa kualitas air bersih bukan penyebab utama dari serangkaian kasus keracunan MBG di Bandung Barat.
“Hasil temuan kami di lapangan yang terkonfirmasi dari hasil uji laboratorium, menunjukkan bahwa air yang digunakan pada enam Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di Bandung Barat telah memenuhi syarat,” ujar Ketua Tim Investigasi Independen BGN Arie Karimah Muhammad seperti dilansir dari Antara.
Analisis dilakukan Labkesmas KBB terhadap air dari enam SPPG, Cipongkor Cijambu, Cipongkor Neglasari, Cisarua Jambudipa, Cisarua Pasirlangu, Lembang Kayu Ambon, dan Lembang Cibodas 2, dengan hasil semuanya memenuhi standar fisik, kimia, dan mikrobiologi.
“Jadi soal kualitas air bersih di enam SPPG itu sudah jelas, tidak perlu menjadi perdebatan lagi,” tegas Arie.
Meski demikian, Arie menyebut SPPG Cihampelas masih bermasalah karena ditemukan cemaran mangan, zat besi, dan bakteri Coliform.
“BGN tetap mewajibkan seluruh SPPG untuk memasak hidangan MBG dengan air dari kemasan galon yang telah tersertifikasi,” katanya.
Rentetan Kasus MBG di Bandung Barat
Kasus keracunan massal akibat program MBG di Bandung Barat bukan kali ini saja terjadi. Insiden pertama tercatat pada 26 September 2025, yang menimpa siswa penerima MBG dari SPPG Cipongkor Cijambu, Cipongkor Neglasari, dan Cihampelas.
Hasil investigasi menunjukkan tingginya kadar nitrit pada melon dan lotek menjadi penyebab utama saat itu.
Berikutnya, insiden kembali muncul pada 14 dan 15 Oktober 2025 di SPPG Cisarua Jambudipa dan Cisarua Pasirlangu, namun penyelidikan tidak bisa dilanjutkan karena tidak ada sampel makanan yang tersisa.
Kini, kasus di SMP Bina Karya menjadi kasus ketujuh yang kembali mengguncang kepercayaan publik terhadap program makan gratis pemerintah.
Perlu Evaluasi Total
Sejumlah pihak mendesak agar pemerintah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan MBG, terutama pada standar kebersihan dapur, waktu distribusi makanan, dan pengawasan bahan pangan.
Meski program MBG bertujuan meningkatkan gizi siswa, lemahnya pengawasan di lapangan dapat menimbulkan risiko serius. Masyarakat kini menunggu hasil uji laboratorium dari Puskesmas Ngamprah untuk memastikan penyebab pasti insiden terbaru ini.***